SELAMAT DATANG DI BLOG HISYAM CIAYUMAJAKUNING ..... BUDAYA NYANTRI; BELAJAR BERDAYAGUNA DAN BERAKTUALISASI DENGAN NILAI-NILAI PESANTREN
Hisyam Ciayumajakuning. Powered by Blogger.

Wednesday, 4 February 2015






































Pada hari Minggu, 01 Februari 2015, HISYAM CIAYUMAJAKUNING menggelar acara "Maulid Akbar & Temu Alumni PP Al Hikmah Benda se Jabar II" yang bertempat di Gedung Serbaguna Asrama Haji Watubelah Kecamatan Sumber. Acara yang dihadiri seratusan lebih alumni ini merupakan kegiatan tahunan HISYAM sebagai ajang silaturahmi para alumni PP Al Hikmah Benda.

Dalam acara tersebut hadir KH. Mukhlas Hasyim , MA selaku Pengasuh PP Al Hikmah. Dalam acara yang bertema "Budaya Nyantri; Belajar Berdayaguna dengan Nilai-Nilai Pesantren" tersebut beliau amat mengapresiasi para alumni yang masih haus akan ilmu-ilmu pesantren. Selain itu beliau berpesan tentang arti penting dari peran para ulama sebagai sosok panutan harus bisa dimaksimalkan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat agar apa yang mereka miliki (ilmu) dapat dimanfaatkan dengan baik. bukan justru menjadikan para ulama sebagai "tempat curhat" masalah keduniawian.


Beliau merasa senang mengungkapkan syukur, bahwa alumni masih mencintai dan haus akan ilmu, karena di masa sekarang ini banyak manusia yang telah melupakan akan pentingnya ilmu, terutama yang kaitannya dengan ilmu agama. Beliau menceritakan sosok ulama yang tidak lain adalah mertua beliau sendiri, yaitu Alm KH. Muhammad Masruri Abdul Mughni yang mana ruang tamu Abah Yai selalu dipenuhi orang-orang yang hendak bertamu baik pagi, siang, sore, bahkan hingga larut malam. “Apa yang menyebabkan seseorang disowani? Karena ilmu dan  rasa hormat.”  Beliau, KH. MukhlasHasyim MA tertarik akan hal tersebut dan perlahan beliau menyelidiki apa yang dikehendaki para tamu. Beliaupun terkejut, hampir  99%  tamu  yang  datang menginginkan masalah dunia  yang dihadapinya segera berakhir, menemukan solusi atau bahkan hanya sekedar menginginkan doa dan keberkahan saja.  Hanya sedikit sekali yang datang kepadanya untuk menanyakan makna dan kandungan ayat,  hadis atau makna dari suatu kitab.
Ironis, ulama sudah ibarat dokter  yang  hanya didatangi ketika sakit. Inilah yang membuat beliau miris, ilmu ulama yang begitu luas dan banyak sama sekalitidakdimanfaatkandenganbaik, sehingga ketika ulama tersebut meninggal, orang-orang akan kehilangan ilmu dan akibatnya mereka akan mengambil orang-orang bodoh sebagai ulama dan akhirnya sesat menyesatkan sebagaimana hadis nabi yang diriwayatkan oleh imam Bukhori
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ ، قَالَ : حَدَّثَنِي مَالِكٌ ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ : إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا.
“Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Abu Uwais berkata, telah menceritakan kepadaku Malik dari Hisyam bin 'Urwah dari bapaknya dari Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan". Berkata Al Firabri Telah menceritakan kepada kami 'Abbas berkata, Telah menceritakan kepada kami Qutaibah Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Hisyam seperti ini juga.”
              
               Dihadapkan pada pertanyaan umum dari seorang penannya, Abah Mukhlas menjawab akrab lewat pengalaman hidup beliau sendiri. Penannya tersebut bertanya bagaimana jika ada seorang anak yang memiliki semangat tinggi untuk sekolah atau kuliah namun sang orang tua tidak memberikan izin dan meminta sang anak untuk mengurus tajug saja misalnya. Padahal sang anak sudah berjanji akan membiayai sendiri untuk dana kuliahnya. Namun, orang tua tersebut tetap tidak menghendaki.
              
               Pada kasus ini mengandung jawaban kondisional dan situasional. Seorang anak awalnya sebisa mungkin mendiskusikan dengan baik prihal niatnya yang mulia ini, sebaik mungkin member penjelasan. Jika belum juga berhasil melakukan negosiasi, mau tidak mau sang anak haruslah mengikuti perintah orang tua dengan hati lapang dan niat birru lwalidain.

               Pada kesempatan pertemuan Hisyam, selain tentang ilmu abah memberikan pesan untuk para alumni selalu melaksanakan sesuatu dengan hati lapang dan tinggalkan rasa kecewa. Karena, sungguh Allah selalu menjawab mimpi-mimpi dan doa kita melalui jalan yang tidak terduga oleh manusia selagi manusia itu bersungguh-sungguh. Kehidupan pastilah menyuguhkan berbagai problem yang harus dipecahkan, dan disaat itulah manusia menggunakan ilmunya. Abah juga berpesan pada para alumni untuk tetap memegang nilai-nilai pesantren agar tidak kering dari agama.
 

Acara yang dimulai dari jam 10 pagi itu diramaikan dengan pembacaan Maulid ad-Dibai oleh para alumni dan kemudian ditutup dengan acara saresehan para alumni beserta pengasuh.
Semoga acara ini bisa terus terlaksana dengan lebih baik di tahun-tahun mendatang
 
Salam Santri!