KUMPULAN PUISI-PUISIKU (MY POEMS)
Oleh
BAHR BIHAIJIL HUDA
HAYALAN BELAKA
Cirebon, 13 Juli 2015
akhiri semua
disini...
semua berujung
ke tepi...
tak kira semua
indah...
semua menjadi cerah...
kerikil tajam
menyakiti...
tapi itu jalannya...
mungkin bisa menjadi
mimpi...
yang entah kapan
menjadi nyata...
yakini ku meyakini...
hayalan menjulang tinggi...
ekornya pun menghampiri...
hingga beriringan disisi...
apapun..
bagaimanapun...
hayalan tetap hayalan...
tanpa perjuangan...
bagaimanapun...
hayalan tetap hayalan...
tanpa perjuangan...
ENGKAULAH PENDAMPING
Cirebon, 6 Juli 2015
derai-derai
irama rumput melambai...
percikan embun membubuhi...
sepuncuk harum melati menyapa...
pada daratan kering melanda...
sayupan itu menyapa...percikan embun membubuhi...
sepuncuk harum melati menyapa...
pada daratan kering melanda...
mengiringi alur asa...
letupan gairah menari...
merajut mimpi sanubari...
KAU KAMBING HITAM
Cirebon, 26 Juni 2015
engkau yang lugu...
terperosok lubang hitam...
polos mu kian melayu...
terkena amukan yang naik pitam...
terperosok lubang hitam...
polos mu kian melayu...
terkena amukan yang naik pitam...
tak tahu menahu...
dikau membisu...
susah sukar kau gapai...
ancaman masih mengintai...
dikau membisu...
susah sukar kau gapai...
ancaman masih mengintai...
Hening menjadi tempat kau sukai...
berharap cahaya menerangi...
berharap cahaya menerangi...
SEBATAS HARAPAN
Cirebon, 21 Juni 2015
juklak alur dari
sendi gerak tak semampai gambarannya...
buaian indah ide dan pikiran tertuang oleh kata jauh beda isinya...
seolah menonton cermin berhias tanpa sadar...
mau kemana dan arah kemana keindahan dibawa hasrat gelegar...
sibuk kemampuan dan hasrat...
tersisihkan jua cita harapan rakyat...
buaian indah ide dan pikiran tertuang oleh kata jauh beda isinya...
seolah menonton cermin berhias tanpa sadar...
mau kemana dan arah kemana keindahan dibawa hasrat gelegar...
sibuk kemampuan dan hasrat...
tersisihkan jua cita harapan rakyat...
PERJUANGAN
Cirebon, 19 Juni 2015
seiring mendayung semakin menjulang...
berdiri tegak terjangan mengekang...
tiap titian kan mengisi...
maju mundur menanti...
kian lapuk gerusan hantaman...
bak kilauan melesat pendampingan...
sang dewi pun mendendangkan gendang...
hirauan kecil menghilang...
sayup-sayup daun bergoyang...
berjalan beriring disamping...
imajinasi mencuat...
tertatih letih menjilat...
sebat itu menjerat...
letupan jantung berkarat...
bumipun menggertak...
langit tak kuasa bergejolak...
hembusan kehidupan masih bertahan...
derai-derai asa pancaran...
berdiri tegak terjangan mengekang...
tiap titian kan mengisi...
maju mundur menanti...
kian lapuk gerusan hantaman...
bak kilauan melesat pendampingan...
sang dewi pun mendendangkan gendang...
hirauan kecil menghilang...
sayup-sayup daun bergoyang...
berjalan beriring disamping...
imajinasi mencuat...
tertatih letih menjilat...
sebat itu menjerat...
letupan jantung berkarat...
bumipun menggertak...
langit tak kuasa bergejolak...
hembusan kehidupan masih bertahan...
derai-derai asa pancaran...
IMPIAN
Cirebon, 18 Juni 2015
terbang tinggi
sepertinya belum menjadi nyata...
kepakan sayap yang kini mengalir tak seperti dulu kala...
deraian gelombang serasa mengikis asa...
sejauh mencoba hanya terbesit pola dan reka...
seakan kekuatan lain terlupa...
sedikit terngiang banyak tersia-sia...
lari dan berjalan kemana arah yang memanggil rasa...
arus mengalir, mengayunkan dan menerpa...
bisikan menari dan menggema...
tau pasti namun menyela...
Ah...
maju bersama...
denganmu menjalin menjadikan ada...
kau yang disana...
kepakan sayap yang kini mengalir tak seperti dulu kala...
deraian gelombang serasa mengikis asa...
sejauh mencoba hanya terbesit pola dan reka...
seakan kekuatan lain terlupa...
sedikit terngiang banyak tersia-sia...
lari dan berjalan kemana arah yang memanggil rasa...
arus mengalir, mengayunkan dan menerpa...
bisikan menari dan menggema...
tau pasti namun menyela...
Ah...
maju bersama...
denganmu menjalin menjadikan ada...
kau yang disana...
PEMALAS
Cirbeon, 27 Mei 2015
Sedari dini melihat
sedari dini memahami
sedari dini memilah
sedari dini memahami
sedari dini memilah
tapi tak sejauh memandang dan memilih,
semuanya ada hal yang tak terawasi dan terbaca...
maunya, inginnya, semangatnya sirna
dengan halusinasi yang berawan...
tak terasa terbawa oleh anginnya..
kemarin dan besok tak dimengerti yang
sekarangpun sukar menemukannya...